Kamis, 29 Desember 2011

Fisika Uang


        Aneh sekali! Mana mungkin menghubungkan Fisika dan uang? Umumnya  orang berpandangan bahwa hubungan fisika dengan uang adalah seperti langit dan bumi. Fisika dianggap jurusan  kering yang tidak menghasilkan banyak uang sehingga seringkali ada olok-olok mengatakan bahwa orang-orang yang masuk jurusan fisika adalah orang-orang yang emdees (masa depan suram).
        Namun perkembangan cepat dalam dunia ini sedikit demi sedikit merubah dikotomi fisika dan uang ini. Makin lama fisika makin dekat dengan uang.  Analisa-analisa di Pasar uang internasional yang semakin rumit  membutuhkan banyak jasa fisikawan. Pasar-pasar uang ini  telah membuktikan bahwa lebih menguntungkan jika dapat memanfaatkan fisikawan dengan teori fisikanya untuk menganalisa suatu sistem dinamis yang rumit seperti saham, efek, valas ataupun derivatif.
        Sekarang ini banyak Bank dan institusi keuangan memperkerjakan fisikawan. Dengan  kemampuan matematika, kemampuan komputer dan logikanya, para fisikawan ini mampu menganalisa masalah-masalah keuangan  yang sangat kompleks. Untuk pekerjaan yang rumit ini fisikawan mendapat imbalan yang sangat bagus. Fisikawan yang bekerja di bidang keuangan (dikenal sebagai quants atau quantitave analyst) dikenal karena gajinya yang sangat tinggi. Salah satu iklan di suatu majalah menuliskan “Wanted: an organized physicist with good modelling and programming skills, and a flair for communication. Salary: £40 000 rising to £150 000 after one year.”  Tidak heran kalau kini fisikawan (termasuk John Sleath pemenang astronomy prize) banyak yang memasuki sektor-sektor keuangan. Disamping sebagai analis, para fisikawan ini ada pula yang membuka perusahaan sendiri dan menjadi enterpreneur seperti J.P Bouchaud, Doyne Farmer dsb.

Apa yang dilakukan fisikawan dalam bidang keuangan?
        Kebanyakan fisikawan yang bekerja di bidang keuangan adalah bekerja sebagai analis kuantitatif (quants=quantitative analyst). Mereka mengamati  kelakuan berbagai efek atau saham dimasa lampau kemudian memprediksi jangkauan nilai dari efek atau saham itu di waktu mendatang. Quants juga berkaitan dengan derivatif – produk keuangan seperti future dan opsi. Dalam future, kita akan membeli sesuatu diwaktu mendatang dengan harga yang telah ditentukan sekarang. Dalam opsi, kita punya hak untuk membeli sesuatu pada harga yang diberikan di waktu mendatang. Dengan membuat model pasar efek, quants dapat menghitung harga yang cukup masuk akal untuk suatu derivatif.
        Untuk menganalisa pasar, fisikawan atau quants dapat memilih berbagai model. Model yang sering dipakai banyak yang didasarkan pada model yang dikembangkan Bachelier pada tahun 1900-an. Model ini berdasarkan gerak acak (random walk). Persamaan Black & Scholes yang terkenal juga mempunyai hubungan erat dengan model Bachelier ini.
        Namun model Bachelier terlalu sederhana. Model ini tidak mampu memprediksi adanya “crash”. Fisikawan membutuhkan model yang lebih kompleks untuk menganalisa data yang jumlahnya luar biasa banyaknya. Fisikawan dalam hal ini harus mengembangkan intuisinya untuk memanfaatkan ide dan metode dalam fisika statistik seperti critical phenomena, termodinamika, turbulence dan fenomena non-equilibrium lainnya ataupun model lainnya  untuk kemudian mengembangkan perhitungan komputer guna mendapatkan analisa yang tepat untuk pasar yang sedang diamati itu.
        Baru-baru ini C. Tannous dan A. Fessant  dalam artikelnya diEuropean Physical Journal Perancis mengklaim bahwa dengan menggunakan teori pembakaran bahan bakar mereka mampu memprediksi perubahan mendadak yang terjadi pada nilai suatu saham.  Menurut mereka proses  pembakaran bahan bakar dapat tiba-tiba terjadi setelah perioda stabil yang cukup lama. Tannous dan Fessant mengatakan bahwa ini mirip dengna kelakuan dari beberapa saham yang cenderung melompat setelah waktu yang cukup lama dalam kestabilan. Keduanya kemudian mengaplikasikan pengetahuan mereka tentang fisika condensed matter untuk mengamati fluktuasi dari beberapa saham ini. Menurut mereka, penemuan ini dapat menolong pengalisa pasar untuk memprediksi kapan dan seberapa besar suatu saham akan naik dan turun setelah masa kestabilan yang cukup lama.
        Tannous dan Fessan meneliti beberapa perusahaan besar dan kecil dari industri dan ekonomi yang berbeda sebagai sampel. Kemudian mereka memodifikasi persamaan proses pembakaran ini dan menganalogikan konsentrasi bahan bakar dengan harga saham. Dengan menggunakan data 5 tahun terakhir dari perusahaan-perusahaan itu mereka menganalisa kapan saham melompat. Ternyata hasil analisa mereka cukup akurat dan sangat menggairahkan para analis untuk memanfaatkannya.
        Selain model fisika statistik, ada model-model lain seperti model gempa, model rangkaian listrik yang dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya “crash” itu. Takayasu dari Jepang membuat suatu  rangkaian listrik dengan menggunakan amplifier, hambatan, hambatan geser, dioda dan kapasitor.  Output rangkaian ini kemudian  digunakan untuk menjelaskan kelakuan statistik dari perubahan nilai valuta asing (yen terhadap dollar). Hasil analisanya sangat menggembirakan.
        Banyak model-model lain terus dikembangkan untuk menganalisa pasar uang yang sangat dinamik ini. Kini makin banyak  fisikawan yang bergairah  untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam pasar uang ini. Gairahnya  sama seperti ketika beberapa waktu yang lalu, fisikawan  menganalisa data-data geologi untuk mengembangkan bidang geofisika atau menggunakan data-data atmosfir untuk mengembangkan fisika atmosfer ataupun data-data biologi untuk mengembangkan biofisika. Perkembangan ini sangat menggembirakan.
        Di Indonesia, penelitian ke arah fisika uang ini belum banyak Banyak fisikawan Indonesia tidak mengenal apa itu ekonofisika, suatu cabang  baru fisika yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi (terutama masalah keuangan). Ketidakperdulian dan ketidaktahuan para fisikawan ini terjadi karena kurangnya informasi yang mereka terima. Mudah-mudahan kedepannya dengan lebih banyaknya informasi yang masuk, makin banyak fisikawan yang mendalami fisika uang ini. (***)



(Yohanes Surya)

sumber : 

Rabu, 28 Desember 2011

Fisika Mengintip Dunia Ekonomi


            Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah fisikawan mencoba mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia ekonomi. Para ahli ekonofisika ini memusatkan perhatian mereka dalam usaha memahami fenomena statistik yang ditemui dalam fluktuasi harga di dunia ekonomi. Apakah dunia fisika sudah kehabisan persoalan untuk dipecahkan sehingga para fisikawan ini mulai mengintip dunia ekonomi? Mengapa para ahli fisika harus peduli dengan apa yang terjadi di suatu stock marketApakah mungkin mereka sudah bosan mengutak-atik inti atom dan kapasitor listrik?
            Justru sebaliknya. Dunia ekonomi memiliki berbagai persoalan menarik yang disertai juga dengan sejumlah data yang harus dianalisa. Bagi para ahli fisika, dinamika suatu sistem yang berfluktuasi secara kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai elemen yang saling berinteraksi, merupakan suatu tantangan ilmiah tersendiri. Dalam proses analisanya mereka tetap menggunakan teknik eksperimen dengan konsep-konsep fisika yang sudah mereka kenal. Kemampuan analisa sistem yang kompleks ini ditunjang juga dengan pengetahuan matematika dan komputer untuk membantu penyederhanaannya. Tetapi yang menjadi alasan utama para fisikawan mulai merambah dunia ekonomi adalah bahwa kehidupan semua orang, termasuk mereka sendiri, sangat dipengaruhi oleh perilaku dunia ekonomi. Jika suatu negara menghadapifinancial crashes karena jatuhnya harga saham, penduduk paling miskin di negara yang bersangkutan, yang mungkin tidak memiliki saham, tetap merasakan akibatnya.
            Lalu bagaimana cara pengaplikasian konsep fisika ini dalam menganalisa fluktuasi harga? Dalam mengawali suatu eksperimen yang melibatkan data dalam jumlah berlimpah, para ahli fisika menggunakan pendekatan empiris. Data empiris tersedia dalam jumlah sangat berlimpah di dunia ekonomi. Tetapi hubungan yang jelas antara data-data tersebut belum dapat didefinisikan secara pasti.
Benoit Mandelbrot (1963) berhasil menganalisa fluktuasi harga yang terjadi dalam pasar komoditi kapas. Analisa ini melibatkan 1000 data dalam tiga set data yang berbeda. Hasil analisa yang diplot dalam kurva fungsi distribusi kumulatif menunjukkan perilaku yang mengikuti aturanPower Law. Gopikrishnan menggunakan prinsip analisa yang sama untuk meneliti fluktuasi saham dengan jumlah data mencapai 40 juta. Hasil penelitiannya menunjukkan perilaku yang juga mengikuti aturan Power Law.
            Keberhasilan analisa menggunakan prinsip-prinsip fisika ini bukan hanya didapatkan dalam penelitian fluktuasi harga. Persoalan lain di dunia ekonomi, seperti analisa untuk meneliti hubungan antara saham-saham yang berbeda, sudah mulai memiliki titik terang. Metode yang digunakan untuk analisa ini melibatkan metode Random Matrix Theory (RMT) yang biasa digunakan ahli fisika untuk menganalisa spektrum inti atom yang kompleks.         
Penelitian lebih lanjut menganalisa pengaruh perkembangan suatu sektor industri terhadap sektor industri lainnya, termasuk industri yang saling berkaitan maupun yang tidak saling mempengaruhi secara langsung. Ilustrasi yang diangkat oleh Eugene Stanley seorang pelopor ekonofisika menunjukkan interaksi langsung antara perusahaan General Motors dan Ford. Jika General Motors memiliki masalah dengan kualitasnya, tentu pelanggan mereka akan langsung mencari pengganti yang dapat menawarkan kualitas yang lebih baik, misalnya Ford. Perusahaan Ford harus mempekerjakan lebih banyak orang untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat itu. Meningkatnya jumlah tenaga kerja ini pada akhirnya mempengaruhi suatu industri makanan untuk memperbesar produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan para tenaga kerja tersebut. Fenomena ini merupakan pengaruh tidak langsung yang dapat diamati. Para ahli ekonofisika menganalogikannya dengan interaksi feromagnetik dengan antiferomagnetik.
Berbagai penemuan yang sudah dihasilkan para ahli ekonofisika selama dekade terakhir ini sangat besar manfaatnya dalam menganalisa dunia ekonomi yang penuh kompleksitas. Tetapi sebagian besar orang masih selalu melontarkan pertanyaan klasik: Di mana buktinya bahwa fisika dapat menyederhanakan persoalan kompleks dunia ekonomi, dan apakah penyederhanaan tersebut benar-benar dapat diaplikasikan untuk menganalisa persoalan ekonomi? Bagaimana jika sekarang pertanyaan itu dikembalikan kepada mereka sendiri? Adakah yang dapat membuktikan bahwa fisika tidak dapat menyumbangkan sesuatu untuk dunia ekonomi? Adakah yang dapat membuktikan bahwa analogi-analogi yang digunakan tidak dapat mewakili persoalan ekonomi? Mungkin ini saatnya bagi para ahli ekonomi untuk mulai memperluas sudut pandang mereka tentang fisika. (***)


(Yohanes Surya)

sumber: 
http://www.yohanessurya.com/activities.php?pid=301&id=54

Selasa, 27 Desember 2011

white hole vs back hole?

VIVAnews – Anda pernah mendengar black hole? Ia merupakan sebuah celah gelap di ruang angkasa yang menghisap seluruh benda yang ada di sekelilingnya dan melemparnya ke ruang ketiadaan. Kini sejumlah ilmuwan menyebutkan bahwa pernah ada bukti akan adanya lawan dari black hole.
Kebalikan dari black hole, white hole atau lubang putih tidak menghisap benda di sekeliling namun memuntahkan material yang berasal dari tempat antah berantah ke alam semesta kita.
Alam semesta kita sendiri merupakan tempat yang aneh, dan lubang hitam merupakan salah satu hal yang paling aneh yang hadir di dalamnya. Namun secara matematik, lubang hitam harusnya bisa dibalikkan, artinya, ada sesuatu yang memuntahkan material, tidak menghisapnya.
Dikutip dari Dvice, 27 Mei 2011, lubang putih beroperasi dengan modus yang berbeda dengan lubang hitam. Mereka mendadak muncul untuk masa waktu yang singkat. Mereka kemudian melontarkan sejumlah material ke alam semesta lalu mereka sendiri runtuh, membentuk lubang hitam dan kemudian tidak pernah tampak lagi.
Perilaku lubang putih seperti ini sangat sulit untuk diamati. Namun peneliti yakin bahwa mereka telah menemukan salah satu di antaranya.
Pada tahun 2005 lalu, sebuah tembakan sinar gamma berhasil terekam namun ia tidak hadir bersama dengan supernova yang umumnya memicu hadirnya lontaran sinar gamma tersebut. Ada kemungkinan, ia hadir akibat runtuhnya sebuah lubang putih.
Yang menarik seputar lubang putih adalah pembentukan material mereka serupa dengan apa yang disebut Big Bang, atau yang disebut-sebut merupakan fenomena terbentuknya seluruh alam semesta. Ini membuat white hole disebut juga sebagal ‘Small Bangs’.
White hole tidak memiliki koordinat ruang dan waktu yang pasti dan tidak bisa dideteksi sama sekali. Mereka bisa secara mendadak muncul kapan saja, di mana saja dan melakukan aktivitas mereka sebelum kembali menghilang.
Sejauh ini, keberadaan white hole memang masih bersifat dugaan. Akan tetapi, black hole juga hanya merupakan dugaan sampai keberadaannya benar-benar diketahui pada beberapa dekade terakhir. Dan seperti yang diucapkan oleh fisikawan Murray Gell-Mann, apapun yang tidak dilarang adalah wajib. Artinya, setidaknya dari sudut pandang mekanikal kuantum, lubang putih pasti ada di salah satu sudut alam semesta.

sumber : http://emka.web.id/sains/2011/teori-tentang-white-hole/

Senin, 26 Desember 2011

Hawking: Tuhan bukan pencipta semesta


Stephen Hawking
Stephen Hawking mengatakan alam semesta terbentuk secara spontan
Fisikawan terkemuka Stephen Hawking mengatakan alam semesta tercipta akibat hukum-hukum fisika tanpa campur tangan Tuhan.
Hawking sebelumnya berpendapat bahwa keberadaan Sang Pencipta tidak bertentangan dengan sains, tetapi dalam buku barunya Hawking mengatakan pembentukan alam semesta dalam peristiwa Big Bang merupakan konsekuensi tak terelakkan dari hukum-hukum fisika.
Dalam buku berjudul The Grand Design yang cuplikannya dimuat koran Inggris the Times, Hawking mengatakan pembentukan alam semesta tidak perlu melibatkan Tuhan.
Dalam buku barunya, fisikawan Inggris ini menggugat keyakinan Sir Isaac Newton bahwa alam semesta pasti dirancang oleh Tuhan karena semesta tidak mungkin terwujud dari chaos.
Untuk mendukung pendapatnya, Hawking antara lain menyebut temuan sebuah planet pada tahun 1992 yang mengorbit sebuah bintang yang bukan matahari kita.
"Temuan itu berarti kondisi keplanetan kita, dimana terdapat satu matahari dan kombinasi yang menguntungkan dalam jarak bumi matahari serta massa matahari, tidak begitu menakjubkan," kata Hawking.

Tanpa Tuhan

Karena ada hukum gravitasi, alam semesta bisa dan memang terbentuk sendiri dari ketiadaan
Stephen Hawking
Temuan itu menurut Hawking juga melemahkan bukti bahwa Bumi diciptakan untuk ummat manusia.
"Karena ada hukum gravitasi, alam semesta bisa dan memang terbentuk sendiri dari ketiadaan," kata Hawking.
Hawking mengatakan kehadiran Tuhan tidak diperlukan untuk memulai proses penciptaan alam semesta.
Buku baru Hawking ini ditulis bersama fisikawan Amerika Leonard Mlodinow dan akan diterbitkan tanggal 9 September.
Dalam bukunya yang terbit tahun 1988 berjudul A Brief History of Time, Profesor Hawking tampaknya menerima peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta.
" Kalau kita bisa menemukan teori yang lengkap, teori itu merupakan kemenangan besar bagi akal manusia - karena dengan demikian kita akan tahu benak Tuhan," kata Hawking ketika itu.

Minggu, 25 Desember 2011

Hukum II Termodinamika dan Semesta Paralel


          Menurut Hukum II Termodinamika, reaksi fisis secara spontan hanya dapat berlangsung dari keadaan entropi rendah ke keadaan entropi tinggi, tidak mungkin sebaliknya. Jadi dalam sistem berskala besar (makro) jumlah entropi (kekacauan) akan bertambah seiring dengan pertambahan waktu. Mobil berkarat, rumah yang tidak terawat bobrok, gudang semakin berdebu, baju memudar dan lusuh, moral manusia makin melorot, dan lain-lain seiring dengan pertambahan waktu. Dalam skala ruang yang kecil mungkin saja terlihat kadar entropi yang justru berkurang, seperti pada kursi. Kayu yang "entropinya" tinggi (manfaat kurang) dibuat menjadi kursi yang entropinya lebih rendah. Ya, kelihatannya entropi berkurang, tapi itu dalam skala kecil. Dalam skala besar pohon-pohon ditebangi, hutan semakin sempit, fauna penghuni hutan tergusur, kadar CO2 bertambah sehingga terjadi pemanasan global. Jadi pada sistem makro entropi selalu bertambah, karena pertambahan entalpi selalu diiringi pertambahan entropi yang lebih besar.

          Menurut teori Big-Bang alam semesta yang tadinya penuh dengan chaos, entropi tinggi. Begitu jagat raya mengembang, suhu dan tekanan menurun dan tercipta partikel-partikel dasar yang mulai menyusun galaksi-galaksi. Hal ini berarti entropi berkurang (keteraturan bertambah). Jika jagat raya kita merupakan satu-satunya jagat raya, berarti sistem makro terbesar yang ada adalah jagat raya kita dan ini tentunya tidak sesuai dengan Hukum II Termodinamika, salah satu hukum tertinggi di alam.

          Ini bisa saja dibenarkan jika jagat raya  kita merupakan sistem lokal (kecil), namun ini juga berarti ada banyak jagat raya  yang menyusun “yang ada”. Untuk mendukung model ini maka kosmos “yang ada” tentulah memiliki dimensi geometri yang lebih besar dari 4.

          Kembali ke Hukum II Termodinamika, jika semesta  kita mengalami penurunan entropi,pada suatu saat, maka pada saat yang sama lebih banyak semesta  lain yang mengalami kenaikan entropi yang lebih besar daripada penurunan entropi di  kita. Karena  yang ada tentunya sangat banyak jumlahnya, maka kosmos terbesar mungkin berdimensi  5, 6, 7 atau lebih. Tapi apakah kosmos sebenarnya berbentuk 6,7, atau 11 dimensi pun tidaklah begitu penting jika pemahaman fisika kita belum sampai ke sana. Buat apa membuat model 100 dimensi jika kita belum mampu memahami fenomena dalam dimensi 100? Jadi kita cukup membuat model tersederhana yang paling mungkin untuk  mendapatkan hasil yang sesuai antara model dan pengamatan dan meramalkan gejala semesta. Saat ini, ditengah berkembangnya kosmologi modern, model 5 dimensi mungkin perlu ditinjau lebih jauh.


sumber :  http://paradoks77.blogspot.com/

Minggu, 18 Desember 2011

ada apa dengan bumi kita?

Ilmuwan Selidiki Perilaku Aneh Inti Bumi

 
detail berita
ilustrasi (foto : Google)
CALIFORNIA - Besi adalah salah satu unsur paling penting bagi inti Bumi. Namun, yang masih menjadi misteri adalah bagaimana keadaan besi tersebut ketika menghadapi tekanan dan suhu ekstrim di bagian terdalam Bumi.

Para ilmuwan fisika mineral mengembangkan beberapa rangkaian eksperimen terhadap tekanan tinggi pada level ekstrim. Eksperimen ini membuat mereka dapat melakukan investigasi terhadap perilaku besi dalam kondisi yang sama dengan di inti Bumi.

Diwartakan Softpedia, Kamis (22/12/2011), mereka melakukan penelitian itu menggunakan beberapa sampel kecil besi, dan mengompresnya dalam diamond anvil cell (DAC), yaitu sebuah alat yang terdiri dari dua buah berlian yang memiliki permukaan datar di bagian bawahnya dan sisinya satu sama lain diletakkan berlawanan.

DAC tersebut digunakan untuk meniru tekanan besar yang terjadi di dalam inti Bumi. Alat tersebut mampu bekerja dalam tekanan 1,7 juta kali lebih besar dari tekanan yang ada di permukaan planet ini.

"Karakter getaran yang dapat kami ukur pada tekanan luar biasa tinggi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tekanan-tekanan ini ada dalam inti terluar bumi, dan sangat sulit untuk diproduksi ulang lewat sebuah eksperimen, " kata Jennifer Jackson, profesor fisika mineral dari Caltech sekaligus co-author penelitian tersebut, yang dilaksanakan di Argonne National Laboratory Advance Photon Source.

Salah satu alasan mengapa memahami inti Bumi merupakan hal penting adalah karena hal tersebut mungkin saja bisa memberi kita petunjuk, tentang sesuatu yang terjadi dahulu ketika Bumi pertama kali terbentuk. (tyo)

sumber : http://techno.okezone.com/ 

Minggu, 11 Desember 2011

apakah akan berhasil?

Inovasi Indonesia dalam Olimpiade Fisika

Shutterstock Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sukses memelopori Asian Physics Olympiad, Indonesia kembali membuat inovasi. Kali ini, para ilmuwan Indonesia yang tergabung dalam Surya Institute menggelar World Physics Olimpiad (WoPho).

Berbeda dengan penyelenggaraan olimpiade-olimpiade yang umumnya diadakan selama 5-8 hari, waktu pelaksanaan WoPho digelar satu tahun penuh. Untuk mengikuti WoPho, para peserta harus melewati tiga tahapan, yaitu, selection round, discussion round, dan final round.

Selection round dibuka untuk siapa saja di seluruh dunia yang telah dimulai pada Januari hingga Juni 2011 lalu. Dalam babak ini, para peserta diberi sepuluh soal fisika yang dapat diunduh melalui www.wopho.org

"Soalnya memang sulit, tapi jawabannya bisa dicari dari jurnal-jurnal, paper fisika, buku fisika, atau pun artikel fisika dari internet. Peserta terbaik yang mampu mengerjakan 78 persen soal diundang sebagai peserta final round," kata pendiri Surya Institute, Yohannes Surya, dalam jumpa pers WoPho, di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (22/12/2011).

Ia menjelaskan, discussion round jatuh pada Juli-Desember 2011. Tujuan tahap ini adalah untuk mempopulerkan fisika melalui media diskusi. Siapa saja bisa menjadi peserta untuk ikut mendiskusikan soal-soal olimpiade fisika yang diberikan pada tahapan selection round maupun soal fisika yang setingkat dengan olimpiade fisika.

"Disini calon-calon fisikawan masa depan berdiskusi. Mereka yang paling aktif akan mendapat hadiah," ujarnya.

Sementara, tahap akhir yaitu final round akan diselenggarakan pada 28 Desember 2011 hingga 3 Januari 2012. Dalam babak ini, peserta selection round, para peraih medali emas dalam Asian Physics Ilympiad dan International Physics Olympiad, bersama mahasiswa dari universitas top dunia (MIT, Harvard, Caltech, Tsing Hua dan sebagainya) akan bertanding untuk menjadi yang terbaik di dunia dalam bidang fisika.

"Final round ini yang paling seru. Tema kita let's beat the champion. Di sini akan ditentukan siapa yang paling baik dari yang terbaik dalam bidang fisika," ungkap Yohannes.

Peserta yang akan berpartisipasi dalam final round yang digelar di Mataram, Nusa Tenggara Barat ini berasal dari 15 negara termasuk Indonesia, dengan jumlah peserta sekitar 130 orang. Pemenang terbaik akan mendapatkan hadiah utama sebesar 20 ribu dollar AS dan 10 ribu dollar AS untuk kategori The Best Theotrical Result, dan The Best Experimental Result.

sumber : http://edukasi.kompas.com